Tugas 2 Resume Tata Kelola SI/TI
TUGAS RESUME TATA KELOLA SI/TI
TUGAS 2
Bintang Rassya Nugraha (1204200020)
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN BISNIS INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM SURABAYA 2022
Analisis
Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur
(Studi Kasus Pada Perusahaan PT. UNILEVER INDONESIA TBK)
(Sumber: http://repository.stei.ac.id/6504/)
Corporate Governance
merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan pihak-pihak yang
berpartisipasi dalam pengelolaan dan kinerja perusahaan. Corporate Governance
merupakan salah satu konsep yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan
efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan pemangku kepentingan
perusahaan lainnya. Peran penting penerapan Good Corporate Governance dapat
dilihat dari sisi salah satu tujuan penting didalam mendirikan sebuah
perusahaan yang selain untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau
pemegang saham, juga untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Untuk mewujudkan
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) diperlukan suatu fungsi independen
dan kompeten yang harus diberdayakan secara konsisten untuk melaksanakan fungsi
pengawasan yang dapat memicu terlaksananya pengendalian resiko manajemen yang sehat
guna mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam
praktiknya manajemen perlu mendelegasikan tugas, tanggung jawab, dan
wewenangnya kepada pihak lain. Untuk pengawasan, manajemen mendelegasikan
tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya kepada audit internal. Dengan adanya
audit internal diharapkan manajemen dapat memfokuskan perhatian pada tugas
pengelolaan perusahaan sedangkan tugas pengawasan sehari- hari dapat
dilaksanakan secara lebih intensif dan efektif oleh audit internal tanpa mengurangi
unsur tanggung jawabnya.
Penelitian mengenai
hubungan good corporate governance terhadap kinerja perusahaan telah banyak
dilakukan. Namun hasil yang diperoleh belum konsisten. Hasil penelitian yang
bervariasi dikarenakan perbedaan lokasi penelitian, proksi yang dipakai, dan
alat-alat atau indikator yang digunakan. Perbedaan variabel yang digunakan para
peneliti menunjukkan beragamnya mekanisme indikator corporate governance yang
disebabkan luasnya defenisi mengenai mekanisme corporate governance.
Pada penelitian yang
dilakukan oleh Bukhori (2012), mengenai pengaruh mekanisme good corporate
governance dimana pada penelitian tersebut menggunakan metode random sampling,
kinerja perusahaan diukur menggunakan cash flow return on asset dengan
menggunakan sampel 160 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2010. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen, yaitu Dewan Direksi, Dewan Komisaris, serta Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pada penelitian lain juga
menemukan bukti adanya hubungan positif antara dewan komisaris terhadap kinerja
perusahaan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Ika Surya Martsila,
Wahyu Meiranto, dimana ukuran dewan berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA, sedangkan terhadap PER berpengaruh negatif signifikan. Konsentrasi
kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA maupun ROE dan
berpengaruh negatif signifikan terhadap PER. Leverage berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap ROA, ROE, PER, dan Tobin’s Q.
Berdasarkan latar
belakang diatas serta hasil penelitian yang berbeda-beda yang sudah pernah
diteliti sebelumnya, maka pada penelitian ini, tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut karena pentingnya mengetahui analisis penerapan GCG
yang baik dalam suatu perusahaan yang dapat memberikan dampak terhadap kinerja
perusahaan tersebut. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian yang
berjudul : “Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja
perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan PT. UNILEVER INDONESIA. TBK”.
Pada penelitian ini
pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Pengumpulan data
dengan tehnik wawancara pada perusahaan yang dijadikan sampel, peneliti telah
memaparkan/menyajikan beberapa pertanyaan terkait dengan penerapan GCG pada
perusahaan yang terdiri dari :
1. Apa yang membedakan
antara perusahaan yang menerapkan prinsip GCG dengan perusahaan yang tidak
menerapkan prinsip GCG
2. Jika dalam suatu
perusahaan petingginya didominasi oleh keluarga, apakah mempengaruhi penerapan
GCG
3. Dalam menimalisir
resiko pengedepanan kepentingan pribadi maupun benturan kepentingan, apa upaya
yang dilakukan perusahaan untuk menyikapi hal tersebut
4. Dalam kegiatan
operasionalnya, apakah ada pertanggungjawaban perusahaan kepada satu
aspek/objek dan bagaimana cara perusahaan menyikapi atau melaksanakan hal
tersebut
5. Bagaimana cara
perusahaan mendefenisikan atau menerapkan prinsip transparency dalam kegiatan
operasionalnya dan bagaimana pelaksanaanya
6. Apa yang menjadi
indikator perusahaan dalam mengukur tingkat kemandirian dalam kegiatan
operasionalnya dan adakah pengaruh atas penerapan indikator tersebut
Hasil penelitian membuktikan pada penerapan
prinsip-prinsip GCG pada perusahaan Unilever Indonesia bahwa
(1) Penerapan prinsip Transparancy pada perusahaan
Unilever Indonesia sudah diterapkan dengan baik, karena pada perusahaan yang
bersangkutan, adanya penyampaian visi dan misi perusahaan, tersedia atau
mudahnya sarana akses informasi, baik informasi dari atasan ke bawahan, begitu
juga informasi kepada organisasi lain, pengambilan keputusan yang musyawarah
atau transaparan, serta penerapan SOP yang berlaku,
(2) Penerapan Independency pada perusahaan Unilever
Indonesia Tbk telah diterapkan dengan baik karena pada proses kegiatan
perusahaan tidak adanya ditemukan benturan kepentingan,
(3) Pada subjek penelitian ini, perseroan bertanggung
jawab atas segala keputusan dan tindakan yang diambil dan memastikan
pengelolaannya berjalan dengan baik, adil dan terukur sesuai dengan kepentingan
para pemangku kepentingan,
(4) Penerapan Responsibility telah dijalankan oleh
perusahaan dengan baik.
(5) Penerapan prinsip Fairness di perusahaan Unilever
Indonesia TBK sudah diterapkan dengan baik, karena adanya perlakuan yang setara
dan adil, adanya perlakuan yang setara dan adil dalam memenuhi hak pemangku
kepentingan, serta adanya kesempatan yang sama untuk setiap karyawan untuk
promosi jabatan
Penerapan Dokumen Regulasi Nasional
terkait tata Kelola TI
(Studi
Kasus: PT Krakatau Tirta Industri)
(Sumber: https://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/download/3374/1331/)
Teknologi informasi kini
berkembang semakin cepat dan telah menyebar luas hampir di semua sektor bidang.
Salah satu poin pada Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor :
PER-02/MBU/2013 Tentang Panduan Penyusunan Pengelolaan Teknologi Informasi
Badan Usaha Milik Negara menjelaskan bahwa pemanfaatan dan pengembangan
teknologi informasi di BUMN harus berdasarkan pada suatu sistem tata kelola.
PT Krakatau Tirta
Industri merupakan sebuah BUMN yang belum menerapkan sebuah kerangka kerja
dalam pengelolaan tata kelola teknologi informasi mereka. Proses implementasi
mengadaptasi COBIT 5 implementation life cycle. Tahapan yang dilakukan adalah
identifikasi pemicu perubahan; pemetaan enterprise goals, IT-related goals dan
IT process; analisis tingkat kapabilitas saat ini; analisis tingkat kapabilitas
target; analisis kesenjangan (gap) dan penyusunan rekomendasi perbaikan.
Metodologi yang digunakan
pada penelitian ini mengadaptasi empat dari tujuh fase yang ada pada COBIT 5
implementation life cycle (Fajrin, 2016) (ISACA, COBIT 5 Implementation, 2012),
yang berfokus pada komponen Continual Improvement Life Cycle (CI). Penelitian
hanya dilakukan sampai pada fase ke-4 dikarenakan penelitian ini hanya berfokus
pada perancangan perbaikan tata kelola teknologi informasi.
Dengan
hasil analisis sebagai berikut:
1. PT
Krakatau Tirta Industri belum menerapkan sebuah framework khusus untuk
mengelola teknologi informasi dan dokumen-dokumen pendukung yang dapat
mendukung proses bisnis yang ada pada organisasi
2. Proses
implementasi framework COBIT 5 pada penelitian ini mengadaptasi COBIT 5
implementation life cycle yang berfokus pada komponen Continual Improvement
Life Cycle (CI) dan hanya dilakukan sampai pada fase ke-4 yang merupakan
tahapan perancangan perbaikan tata kelola teknologi informasi. Berdasarkan
hasil pemetaan enterprise goals, IT-related goals dan IT process, domain DSS04
terpilih menjadi domain prioritas yang akan dilakukan penelitian
Selain itu adapun saran
dari hasil analisis diatas:
1. Proses
implementasi tata kelola teknologi informasi menggunakan framework COBIT 5 pada
komponen Continual Improvement Life Cycle (CI) dapat dilakukan sampai pada fase
terakhir, yaitu fase ke-7.
2. Fokus
dalam melakukan implementasi tata kelola teknologi informasi menggunakan
framework COBIT 5 bisa pada komponen lainnya, yaitu komponen Change Enablement
(CE) dan Programme Management (PM).
Penerapan Balance Scorecard dan IT Balance Scorecard
pada perusahaan
(Studi Kasus: Pengukuran Kinerja Teknologi Informasi Pada Stikom
Bali)
(Sumber: https://jsi.stikom-bali.ac.id/index.php/jsi/article/download/7/123/)
STIKOM Bali merupakan
salah satu perguruan tinggi mengembangkan divisi IT dalam menunjang seluruh
kegiatan pada perguruan Tinggi. Divisi IT pada STIKOM Bali saat ini menangani
semua sistem yang ada pada STIKOM Bali. Saat ini pada STIKOM Bali. IT
Balanced Scorecard sangat baik digunakan untuk merumuskan sasaran strategis IT
yang menunjang sasaran strategis perusahaan serta mengukur kinerja IT dengan
komprehensif.
Divisi IT pada STIKOM
Bali saat ini menangani semua sistem yang ada pada STIKOM Bali seperti aplikasi
untuk mahasiswa seperti aplikasi untuk akasemik mahasiswa, e-learning, e-KRS.
Selain itu juga menangani aplikasi yang diperuntukkan bagi dosen dan bagian
administrasi yang ada. Saat ini pada STIKOM Bali belum ada pengukuran kinerja
teknologi informasi untuk mengetahui kontribusi divisi IT dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan dapat menggunakan Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard saat ini dikembangkan menjadi IT Balanced
Scorecard yang tidak hanya mengukur kinerja dari segi finansial.
Balanced Scorecard
mengukur kinerja dari empat perspektif yaitu corporate contribution, customer
orientation, operational excellence dan future orientation. IT Balanced
Scorecard sangat baik digunakan untuk merumuskan sasaran strategis IT yang
menunjang sasaran strategis perusahaan serta mengukur kinerja IT secara
komprehensif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yakni:
1. Studi
Literatur
2. Pengumpulan
Data dan Informasi
3. Penyusunan
Perangkat Evaluasi
4. Hasil
Evaluasi
5. Rekomendasi
dan Perbaikan
Bagian Pengembangan
Sistem Informasi merupakan divisi yang mengelola prasarana teknologi informasi
dan pengolahan data untuk mendukung terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi
khususnya di STIKOM Bali. Pengembangan Sistem Informasi (PSI) juga mengelola
teknologi sistem informasi manajemen bagi kebutuhan ICT di bidang pendidikan
maupun bidang lainnya.
Produk dan layanan jasa konsultasi adalah berupa:
1. Sistem Informasi Manajemen (Desktop, Web dan Mobile
Application)
2. Sistem Informasi Eksekutive
3. Penyediaan Outsourcing Sumber Daya Manusia di bidang
Teknologi seperti: Database administrator, Programmer, System Analyst.
Cascading pada divisi IT
merupakan proses penyusunan scorecard di divisi IT atau dalam hal ini disebut
dengan bagian PSI dengan menggunakan scorecard perusahaan yang lebih tinggi
sebagai basisnya. Dalam merancang cascading divisi IT, perpspektif yang digunakan
adalah perspektif IT Balanced Scorecard. Untuk menjaga agar sasaran strategi
yang dirumuskan tettap valid, proses perumusannya dibantu oleh pihak
perusahaan.
Berikut ini merupakan sasaran strategis yang dimiliki
oleh bagian PSI.
1. Perspektif
Kontribusi Perusahaan
Perspektif ini mengukur nilai bisnis
dari investasi IT
2. Perspektif
Orientasi Pengguna
Perspektif ini mengukur evaluasi
pengguna teknologi informasi.
3. Perspektif
Penyempurnaan Operasional
Perspektif ini mengukur proses
teknologi informasi yang menghasilkan dan mengembangkan aplikasi dan
menitikberatkan pada pengukuran dan kemajuan dari dua proses utama bagian PSI
yakni, pengembangan dari sistem informasi internal dan eksternal.
4. Perspektif
Orientasi Masa Depan
Perspektif ini menitikberatkan pada
penguasaan terhadap IT baik dari segi teknologi maupun individu yang
menggunakannya.
Dengan Kesimpulan:
1. Pengukuran kinerja divisi IT yang dalam hal ini
bagian PSI menggunakan IT Balanced Scorecard dengan mengacu pada empat
perspektif yaitu perspektif kontribusi perusahaan, pengguna, penyempurnaan
operasional dan orientasi masa depan.
2. Terdapat enam sasaran strategi yang digunakan oleh
bagian PSI. Dari enam sasaran strategi tersebut terdapat satu tujuan strategi
untuk perspektif kontribusi perusahaan, satu tujuan strategis untuk perspektif
pengguna , dua sasaran strategis untuk perspektif keunggulan operasional dan
dua sasaran strategi yang termasuk dalam perspektif orientasi masa depan.
3. KPI bagian PSI diperoleh dari hasil penurunan
sasaran strategis dengan perolehan enam sasaran strategis yang menghasilkan 7
KPI.
4. Kinerja bagian PSI menunjukkan hasil yang cukup
baik, hal ini dilihat dari enam target capaian nilai target capaiannya diatas
80%.
5. Rekomendasi perbaikan kinerja bagian PSI dapat
dilihat dengan memperbaiki beberapa sasaran strategis yang nilai target
capaiannya dibawah 80% seperti pengembangan SDM IT